Assalamualaikum wr.wb.
Saya balik lagi nihhh.. Tetap tentang
rock climbing.. Yaiyalah orang tema blog ini tentang rock climbing hehehe :D
Sekarang kita bahas tentang sistem pemanjatan okeee... Let’s see
Di dunia rock climbing, hanya ada
dua sistem pemanjatan, yaitu:
1.
Alpine
Tactic/Alpine Push
Pada
intinya, di Alpine tactic, sang pemanjat melakukan pemanjatan dan tidak
langsung turun kembali kebawah. Jadi, si pemanjat selalu berada di tebing
bahkan saat keadaan tidur sekalipun. Biasanya, sang pemanjat mendirikan bivoac
camp jika tersedia cukup teras di tebing ataupun mendirikan hanging
bivoac/hammock. Disini, hanging bivoac/hammock dapat didirikan dengan
mengaitkan ujung hammock ke dua hanger di tebing ataupun dikaitkan ke dua
tebing yang bersebelahan. Memang kelihatan menakutkan, jangankan hammocking di
dua tebing, melakukan alpine tactic climbing pun sudah membuat kepala berpikir
dua kali. Namun, disitulah sisi adrenalin kita terpacu. Jika berhasil,
didapatkan kenikmatan tersendiri.
Di alpine
tactic, segala aspek pemanjatan harus diperhitungkan secara sempurna. Seperti
peralatan dan perbekalan yang dibawa ke tebing harus seefektif mungkin dan
semudah mungkin cara pembawaannya. Lalu, personel yang melakukan alpine tactic
climbing pun harus benar-benar pembagian tugasnya. Minimal 3 orang,
masing-masing sebagai leader, billayer, dan load carry man. Kenapa segala aspek
sistem pemanjatan ini harus sempurna? Karena di sistem ini, kerjasamalah yang
paling penting untuk tujuan dan keselamatan pemanjatan ini.
Saat
seluruh tim pemanjatan telah mencapai puncak tebing, maka pemanjatan telah
dianggap berhasil.
2.
Himalayan
Tactic/Siegger Tactic/Himalayan Style
Berbanding
terbalik dengan Alpine Tactic, di Himalayan tactic semua personel pemanjatan
akan selalu turun kembali ke bawah saat 1 orang berhasil mencapai puncak. Tali
yang digunakan pun ditinggal di pitch terakhir untuk melanjutkan pemanjatan
dengan orang yang berbeda.Panjang tali pun diperhitungkan sesuai panjang
lintasan pemanjatan. Tidak selalu tebing yang pendek menggunakan tali yang
pendek pula. Bagaimana jika tebing pendek tersebut memiliki hanger dimana-mana?
Tetap saja si tali mengikuti arah hanger.
Himalayan tactic dapat dilakukan dengan teknik
free climbing, artifisial climbing, atau solo climbing. Ya memang karena semua
personel pemanjatan tidak akan selalu menetap di tebing kan.
Jadi, perbedaan Alpine dan Himalayan Tactic yaitu:
Alpine Tactic:
1 .
Alat yang dibutuhkan
sedikit
2 .
Waktu istirahat
tidak banyak
3 .
Memerlukan load
carry
4 .
Pendakian
dianggap berhasil saat seluruh tim mencapai puncak tebing/titik akhir
pemanjatan
Himalayan tactic:
1 . Alat yang
dibutuhkan kondisional
2 . Waktu istirahat
banyak
3 . Tidak perlu load
carry
4 . Pemanjatan
dianggap berhasil walau hanya 1 orang yang mencapai puncak tebing/titik akhir
pemanjatan
Yapp, itulah sistem - sitem pemanjatan di dunia rock climbing... Kamu mau milih sistem yang mana nihh?? Keduanya sama - sama mengasyikan koo...
Wassalamualaikum wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar